Ranitidine



Ranitidin, Obat Asam Lambung yang Diduga Picu Kanker

Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) telah meminta perusahaan farmasi untuk menghentikan dan menarik obat Ranitidin karena mengandung N-Nitrosodimethylamine atau NDMA.

NDMA merupakan zat yang sebenarnya tidak berbahaya jika dikonsumsi sesuai ambang batas. Namun BPOM menemukan pencemaran di atas ambang batas yang menyebabkan NDMA bersifat karsinogenik atau memicu kanker.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Ari Fahrial menjelaskan bahwa sesungguhnya kandungan di dalam sebuah obat harusnya bersifat aman. Namun temuan dari BPOM atas Ranitidin telah mengindikasikan ada kandungan karsinogen yang levelnya tidak bisa ditolerir.

"Contohnya depan mata sebenarnya rokok itu karsinogen. Tapi orang sudah tahu karsinogen masih juga menghisap rokok. Tapi prinsipnya temuan BPOM dalam bentuk obat yang kita konsumsi itu (Ranitidin) memang harus disikapi masyarakat," kata Ari kepada CNN Indonesia TV (8/10).

Obat yang dapat memblok ketiga sumber asam lambung sekaligus pengganti Ranitidin, kata Ari, antara lain omeprazol, lansoprazol seperti esomeprazol. Jenis obat ini jauh lebih manjur dan banyak digunakan oleh dokter spesialis penyakit dalam.


Postingan populer dari blog ini

Resume 17 Mahasiswa Unusa Terpilih Program PMM ke Luar Jawa

Pancasila sebagai dasar pembangunan Indonesia Emas